Rabu, 02 Agustus 2017

Timbang Ora Posting

Sebagai insan yang lahir, dibesarkan dan tinggal lama di wilayah perdesaan, saya sebenarnya kurang setuju jika ndeso dimaknai dengan hal-hal yang bersifat buruk atau terbelakang. Menjadi ndeso itu sebenarnya hanya lugu, lucu tur wagu.

Berdasarkan pengamatan terhadap lingkungan ndeso dan juga teman-teman ndeso saya, tak ada satupun yang berbuat aneh-aneh. Tidak ada yang ngajarin anak-anak kecil untuk teriak bunah-bunuh, tidak ada yang melakukan pelarangan mensalatkan jenazah, tidak ada yang mengkofar-kafirkan.

Lha yang begitu itu rak malah orang kota to? Dasar kota!

Berikut saya tuliskan beberapa perilaku ndeso yang sempat dirisetkan oleh Pak Dukuh terhadap perilaku warganya:
  1. Menancapkan paku pines pada sendal jepit supaya tidak tertukar dengan milik temannya dan menyobek celana jins pada bagian dengkulnya entah untuk apa gunanya adalah contoh perilaku mereka di bidang fesyen.
  2. Menempelkan stiker bertuliskan BOJOKU NAKAL pada motor atau helm. Padahal boro-boro bojo, pacar saja mbuh-mbuhan.
  3. Kalau pas makan, lauknya disisakan untuk diemplok paling akhir, sebagai ‘gong’. Lantas sehabis makan melakukan sendawa dengan keras berbunyi, “Hiiwaaaak...”, sekalipun kala itu lauknya bukan iwak atau daging, melainkan baceman tempe gembus.
  4. Kemudian, mengukir nama-nama pujaan hati di pohon kaktus atau menuliskan titi mangsa dan inisial nama saat kerja bakti ngecor jalan kampung adalah salah dua dari ulah mereka di bidang seni dan literasi.
  5. Dan seterusnya, dan semacamnya, dan sebagainya.

Meskipun kesannya agak nganu, tapi tidak ada satupun perilaku mereka yang gawat, memecah-belah dan membahayakan persatuan umat. Dua hal yang menurut saya njijiki hanyalah ketika mereka menempelkan tangan ke hidung usai membersihkan kuku jempol kaki dan gelut dengan sesama penjoget saat nonton konser dangdut. Hanya itu. Itupun hanya dilakukan oleh oknum saja.

***
Baiklah, saya memberikan judul seperti ini karena tulisan tidak bermutu di atas adalah postingan di fesbuk saya sebulan lalu yang cukup mengundang perhatian teman-teman dengan 60 orang yang menanggapi, lima diantaranya malah ngesyer. Yang berkomentar pun cukup banyak. Maksudnya banyak untuk ukuran saya sih....

Tulisan tersebut adalah respon alami saya ketika warganet ramai-ramai membicarakan anak presiden.

Umm... saya memang merencanakan untuk ngopeni kembali blog yang sudah mangkrak ini. Sekali lagi, merencanakan. Karena sudah berulang kali saya punya rencana serupa namun hasilnya embuh. Hehehe....

Lha, manusia kan hanya merencanakan, Tuhan jua lah yang menentukan.

Saya tidak akan menyalahkan Tuhan dalam hal ini. Saya memang pemalas. Tulisan ini sekadar pengingat saja jika kelak saya malas lagi. Tulisan apapun, tidak bermutu sekalipun, kudu diposting.

Timbang ora posting.





Advertiser