Kamis, 05 Oktober 2017

Masih Takutkah Pada Genjer?

September telah berlalu. Semoga membahas genjer tidak menjadikan masalah bagi saya di kemudian hari.

Limnocharis flava atau populer dengan sebutan genjer pada dasarnya adalah tumbuhan yang tidak dibudidayakan atau liar. Tumbuhan yang juga disebut paku rawan ini bisa ditemukan di sawah atau lokasi-lokasi yang tergenang air. Dengan karakter yang demikian, sebenarnya genjer juga mudah dibudidayakan.

Karena merupakan tumbuhan rawa yang juga mudah ditemukan di daerah persawahan, jika genjer dibiarkan tumbuh akan menjadi gulma yang mengganggu tanaman pertanian.

Genjer, sebagaimana diceritakan dalam lagu yang nganu itu, dapat digunakan sebagai bahan makanan. Identik dengan makanan orang miskin. Menurut penuturan orang yang sudah pernah menkonsumsinya, genjer memiliki rasa yang agak pahit, namun berbeda dengan pahitnya pare.
Termasuk spesies tumbuhan air yang disinyalir berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Kuba, Haiti, dan Republik Dominika. Namun sudah banyak dijumpai di Asia termasuk di Indonesia.

Memiliki batang tebal, lunak, tegak, kurang dari dua meter dan terbenam di lumpur. M erupakan tumbuha tahunan di daerah tropis. Daunnya ada yang tegak ada yang miring, tidak terlalu tebal. Pada bagian bunga terdapat kelopak berwarna hijau, mahkota berwarna kuning, dan diameternya sekitar  satu setengah sentimeter.

Genjer mengandung, vitamin B1, zat besi, protein, kalsium, fospor, karbohidrat dan beberapa mineral lain. Komplit begini, kok makanan orang miskin ya?

Tidak hanya itu, tumbuhan ini memiliki sifat antibiotik dan antioksidan. Proteinnya berguna untuk meremajakan sel-sel tubuh. Kalsium dan fospor berperan dalam pertumbuhan dan memperkuat tulang dan gigi.

Zat besi untuk mencegah anemia.  Kardeolin, flavonoid dan polifenol berkhasiat menambah nafsu makan. Flavonoid sebagai antibiotik alami. Serat tinggi pada tumbuhan ini berfungsi melancarkan pencernaan.

Polifenol sebagai antioksidan yang berguna sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Adanya mineral semacam karbohidrat dan lemak bisa digunakan untuk cadangan energi.

Di daerah Binjai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara sudah ada yang mengembangkan genjer sebagai komoditas. Genjer ditanam di sawah sebagai selingan penanaman padi.

Menurut petani, menanam genjer tidak sulit. Hanya sekadar menjaga ketersediaan air, serta sedikit pemupukan di periode tertentu. Hama yang sering menyerang pun, sejenis ulat, tak begitu sulit dikendalikan.

Genjer dikembangkan dari bijinya. Sudah ada yang menjual di toko pertanian. Benih tersebut disemai terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke lahan.

Penyemaian membutuhkan waktu satu bulan. Sekitar 25 hari setelah pindah ke lahan, genjer sudah berbunga, saat itulah sudah bisa dipetik. Pemanenan setiap hari hingga tiga sampai empat bulan pasca penanaman. Genjer dijual sebagai sayuran, dengan harga jual Rp 2.000,- sampai Rp. 3.000,- per kg (data tahun 2016).

Genjer, sebagai komoditas dan bahan pangan, sudah tidak lagi menakutkan. Buktinya sudah ada yang membudidayakan, menjual dan mengkonsumsinya. Namun tetap saja masih banyak orang yang ketakutan mendengar genjer didendangkan sebagai lagu.





Advertiser