Kamis, 07 September 2017

Status Fesbuk dan Buku


Sepekan terakhir guwe kurang ngaso. Badan lungkrah. Meski sudah dilembur sekalipun pekerjaan tak kunjung selesai. Gajian masih lama, sementara undangan manten sudah menumpuk di meja. Belum lagi dalam hati pingin juga nyumbang ke saudara Rohingya. Pusing. Sedih beud! Apalagi mendapati kenyataan bahwa Mbak Raisa sudah milik laki-laki kaya itu. Selamat menempuh hidup baru ya, Mbak *emoticon mewek*

Saat ini begitu mudah menemukan ratapan-ratapan sejenis di fesbuk. Ditulis oleh teman sekolah, kerabat dan siapapun yang berada di lingkaran pertemanan. Muncul begitu saja tanpa kita harapkan, nyempil di antara foto monyong-monyongin bibir dan share berita hoax. Anehnya, saya juga sering kober untuk membacanya.

Membaca status fesbuk itu memang mengasyikan. Apapun pembahasannya, mulai dari ratapan sampai yang bau-bau politik. Sepanjang apapun tulisannya yang kadang sampai membuat mata berair karena menahan kedip.

Lalu warganet dengan mudah memahami maksudnya. Ini terbukti dengan cepatnya mereka memberikan respon. Begitu bagian akhir selesai dibaca, atau bahkan belum sampai selesai, mereka segera memberikan tanggapan, membagikannya, dan dengan gegabah mengomentarinya.

Jika komentarnya tidak nyambung yaa… harap maklum saja. Namanya juga keburu-buru. Yang penting kan kelihatan paham dulu. Jika nanti komentarnya salah dan dirisak, ya tinggal dihapus saja. Selesai perkara.

Sekarang membaca status memang lebih diminati daripada membaca buku. Membaca buku sudah nggak usum. Rumit dan merepotkan. Menenteng buku apalagi buku yang tebal-tebal membuat orang kelihatan seperti ilmuan jaman bahuleya yang nyasar karena mesin waktu ciptaannya mengalami gagal fungsi.

Membaca buku juga bukan sesuatu yang mudah. Misalnya, saya disodori sebuah buku kemudian diminta membuat ringkasan. Saya kira, permintaan tersebut jadi dalam lima hari sudah merupakan prestasi yang patut diberikan medali.

Beda dengan membaca status di linimasa. Posting lima menit yang lalu, sudah muncul komentar yang jumlah paragrafnya melebihi dari jumlah paragraf pada status yang dikomentari. Warganet memang menakjubkan. Membaca status dapat membuat orang merasa pintar.

Membaca buku, apalagi buku yang berat, yang satu babnya mencapai puluhan halaman, menyebabkan kantung mata menjadi semakin membesar. Menyimak kata demi kata, mencoba memahaminya, duhh…

Saya kira, banyak orang yang berbicara demikian. Membaca buku itu capek, bikin leher pegel, dan tidak menjamin masuk surga. Beda dengan status yang hanya dengan like, ketik amin, dan share maka sampeyan otomatis masuk surga.
  
Buku bagaimanapun masih menyimpan manfaat. Saya pernah mendapakan sebuah artikel menarik yang menyatakan bahwa membaca buku dapat menumbuhkan kreativitas. Kenapa? Karena membaca buku adalah kegiatan yang memaksa untuk melenyapkan distraksi yang ada dan fokus untuk membaca. Uopo iku distraksi? Distraksi adalah sesuatu yang mengganggu, sebagai pengalihan atau hiburan.

Kemampuan fokus pada buku ini yang meningkatkan daya kreatif. Ada juga penelitian menunjukkan jika membaca adalah cara terbaik untuk menghilangkan stres. Membaca juga aktifitas merangsang imajinasi dari kata-kata. Itulah mungkin kenapa Tuhan memberikan petunjuk ke umat dengan sebuah kitab, supaya umatnya menjadi orang kreatif.

Jika membaca status fesbuk, fokus akan terbagi dengan tulisan dan iklan lucu yang bersliweran ketika kita skrol.

Itu hanya salah satu yang mengganggu. Belum juga dengan status lain dengan tema yang lain atau terjebak dalam keriuahan komentator yang kadang OOT (out of topic) bahkan OON (ya oon, gitu saja). Belum soal kualitas konten yang kadang dangkal. Belum juga soal tema yang kadang tidak benar-benar menarik. Belum termasuk foto-foto yang sering menggoda siapapun untuk stalking.

Tidak ada yang salah dengan mempunyai dan menggunakan media sosial. Toh, itu tetap dibutuhkan juga untuk apdet informasi dan jalinan silaturahmi. Tapi menggunakannya dengan bijak adalah keharusan, jangan sampe menggeser waktu untuk membaca buku, dong.

Sebenarnya tulisan ini saya tujukan untuk saya sendiri yang mulai lupa aroma buku dan lebih sering mainan jempol di fesbuk. Tetap saya posting karena siapa tau dapat bermanfaat juga bagi orang lain.

Jadi saya berwasiat kepada sidang pembaca yang dirahmati Allah, marilah kita bersama-sama untuk giat makan buah dan sayur, demi terjaganya kesehatan kita. Amin.

socialistamorena.com



Advertiser